“Misteri Cinta”
Karya : Rizka Arsita Amalia
“Ini ada buah tangan untuk keluarga disini,” kata Ali sambil menyerahkan 2 kantong keresek yang berisi makanan.
“Alhamdulillah…. Ya ampun nak, terimakasih banyak ya, malah jadi ngerepotin ?’ kata Bapak Hadi, ayah Zahrana.
“Oh tetntu tidak, pak ! Alhamdulillah …. Ada rezeki lebih, itu sekedar oleh-oleh saja dari Manado,” jawab Ali.
“Jazakumullah khair, ya akhi !” ujar Zahrana menyela obrolan ayah dan kekasihnya itu.
“Amiin….,” jawab Ali
Di ruang tamu, terdengar obrolan dari kedua laki-laki itu, walau sebenarnya Zahrana pun ada disana. Namun, ia hanya duduk manis saja mendengarkan obrolan kedua laki-laki itu dan membisu serta menjadi pendengar setia.
Diwaktu senggang, Ali menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumah Zahrana, di tengah kesibukannya. Namun, yang dilakukanmnya itu bukan klarena ia ingin apel dengan Zahran, melainkan ia mengobrol dengan keluarga Zahrana. Agar ia bias mengenal Zahrana dan keluarganya lebih dekat. Atau mereka menyebutnya dengan “Pacaran Islami/Ta’aruf” katanya.
Zaharana dan kekasinya itu, adalah seorang Mahasiswa Universitas Antabaranatah. Zaharana baru tingakat 2, sedangakan kekasihnya sudah tingkat 4. Dan sakarang, kekasinhya itu tengah disibukan denagn penyusunan skripsi.
Suatu waktu, Zahrana dan kekasihnya itu mendapatkan sebuah undangan seminar dengan tajuk “Inspiring Love”. Lalu, mereka mengahdiri undangn seminar tersebut. Dan isi dari seminar tersebut hati mereka berbicara bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar. Sepulang dari menghadiri undangan seminar tersebut ia mengurung dirinya di kamar. Ia tampak berbeda dari sebelumya. Ia jadi lebih rajin lagi beribadah kepada Sang Khaliq dan ia benar-benar ingin meminta ampunan atas segala dosa-dosanya serta ia juga ingin berubah menjadi wanita yang lebih baik lagi.
Pad malam harinya, ia menulis surat untuk Ali dan rencananya surat itu akan ia titipkan kepada Ridwan, teman dekat Ali.
Keesokkan harinya, Zaharana pergi ke kampus. Sesampai di kampusnya itu, Zahrana langsung ke kelas Ali. Namun, ia tak bermaksud untuk menemui Ali, melainkan untuk menemui Ridwan, teman dekat Ali.
“Permisi Ridwan, bolehkah saya meminta tolong padamu ?” kata Zahrana.
“Oh tentu, Za ! Apa yang bisa saya bantu ?” jawab Ali.
“Saya titip surat ini untuk Ali, tolong berikan ya !” kata Zahrana sambil menyerahkan surat.
“Oh… baiklah ! nati saya berikan pada Ali,” kata Ridwan.
“Jazakumullah khair, ya Ridwan atas bantuannya !” kata Zahrana sambil tersenyum manis.
“Amiin…” jawab Ali.
Setelah itu, Zahrana meninggalkan Ridwan dan ia berjalan menuju kelasnya. Tak lama kemudian, setelah Zahrana meninggalkan Ridwan, Ali pun tiba dan ia langsung duduk di kelasnya itu. Lau, Ridwan pun menghampiri Ali, ia menyerahkan surat yang dititpkan darin Zahrana.
“Hai sobat, ini ada titipan surat untukmu dari Zaharana,” kata Ridwan.
“Zahrana ? Ada apa ya ? Apa dia punya masalah ? koq tumben dia mengirim surat padaku ?” Ali heran dan bertanya-tanya.
“Entahlah ! Dia tak berbicara apapun padaku. Ia hanya menitipkan surat ini saja, katanya untukmu !” jawab Ridwan.
“Ehm… jazakumullah, ya sobat !” kata Ali
“Amiin…” jawab Ridwan
Ali tak langsung membuka dan membaca surat itu. Surat itu lalu ia simpan di dalam tasnya. Ali pun belajar, karena ada mata kuliah saat itu.
Setelah ia selesai, ia pun bergegas pulang. Sesampai di rumahnya Ali membuka surat dari Zahrana dan membukanya. Ali terkejut dengan isi surat itu. Awalnya ia tak percaya, karena selama ini memang tak ada masalah dengan Zahrana. Namun, akhirnya Ali pun menerima keputusan Zahrana meskipun dengan perasaan berat hati melepaskan Zahrana begitu saja.
Dihari itu, Zahrana pun merasakan demikian. Namun, Zahrana pun memutuskan bahwa tak mungkin seperti ini terus. Lalu, ia pun lebih menyibukan diri dalam kegiatan agama dan ia mengikuti sebuah organisasi HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang kesibukan kegiatannya minta ampun.
2 tahun pun berlalu, tak terasa akhirnya Zahrana telah menyelesaikan S1-nya di bidang perikanan. Lalu setelah ia lulus, ia langsung mencari pekerjaan. Dan akhirnya, ia mendapatkan sebuah tawaran guru privat fisika. Memang pekerjaan itu sangat jauh dari bidangnya. Namun, mau tak mau dia juga ingin punya penghasilan ia pun terpaksa belajar otodidak. Selain seorang guru privat fisika, Zahrana pun masih sibuk dengan kegiatan HTI.
Disuatu waktu HTI mengadakan suatu seminar dan kala itu Zaahrana menjadi panitianya. Tanpa disadari dari kesibukannya kegiatan HTI ternyata ia tengah di perhatikan oleh seorang laki-laki anggota HTI dari lulusan Universitas lain, yaitu Zakky. Zakky ini sama halnya dengan Zahrana yang sibuk di organisasi keagamaan HTI. Zakky merasa kagum dengan kepribadian seorang Zahrana dan ia pun mencari tahu tentang Zahrana, dari teman-teman Zahrana.
Suatu hari,
“Eh Za, tunggu !” panggil Aisyah.
“Ada apa, Aisyah ?” kata Zahrana.
“Tahukah kamu Zakky ?” tanya Aisyah.
“Zakky ? Zakky siapa? Rasanya aku tak pernah kenal.” Kata Zahrana.
“Iya sih kamu tak kenal dengannya. Tapi Zakky itu lho yang suka tanya-tanya tentang kamu kepadaku ! sepertinya dia menyukaimu.”
“Ah, kamu ini !”
“Za, apalagi yang kau tunggu sekarang. Sekarang kau sudah selesai kuliah, apa salahnya dekat dengan Zakky.
“Iya… tapi aku ingin seseorang yang serius. Aku ingin seorang imam yang akan menuntunku kelak. So, kalau dia serius, bisa aku terima. Tapi kalau tidak, ya abaikan saja.”
“Ya ampun Za … dia itu tampaknya serius kepadamu , katanya dia akan menemui keluargamu , katanya dia akan menemui keluargamu.”
“Apa? Yang benar kau Aisyah?”
“Iya … tadi ia menanyakan alamat rumahmu !”
“Masya Allah …”
Zahrana kala itu langsung pergi meninggalkan Aisyah dan ia langsung pulang ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, di ruang tamu terlihat ada seorang laki-laki asing sedang mengobrol dengan ayah beserta ibunya. Zahrana terkejut lalu ia berpikir bahwa memang tampaknya laki-laki itu serius kepadanya. Ia berdoa kepada Allah semoga Allah memberikan petunjuk kepadanya. Setelah laki-laki itu pergi dari rumahnya, ayah dan ibunya menceritakan laki-laki yang bernama Zakky itu bahwa Zakky ingin ta’aruf dengan Zahrana. Lalu, ayahnya menyerahkan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat email. Nampaknya Zakky ingin berkenalan dengan Zahrana lewat email. Lalu Zahrana pun membuka emailnya dan ia mengirimkan emailnya ke email Zakky . setelah itu, dari hari ke hari mereka saling mengenal lewat dunia maya tersebut.
2 minggu kemudian, Zakky melamar Zahrana. Pada proses pelamaran, dari kedua keluarga memutuskan bahwa 1 minggu yang akan datang akan diadakannya sebuah resepsi pernikahan putra-putri mereka.
Dan hari itu, memang benar terjadi. Akhirnya, Zakky dan Zahrana pun menikah (diikat dalam ikatrzn suci). Zahrana tak pernah menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan Zakky yang tak pernah ia kenal dan berkenalannya pun dalam waktu yang begitu singkat. Namun, inilah kekuasaan Allah.
Subhanalllah……..☺
(Wallahu ‘alam bishawab)